MELAKSANAKAN ibadah haji tidak sama dengan umrah, mental dan fisik harus dipersiapkan dengan matang terutama fisik. Selama melaksanakan ibadah haji, kata Suprapto Muhammad Khayyan (57) ketahanan fisik memang diuji mulai naik bus shalawat, masuk masjid hingga melaksanakan rakaian ibadah haji di Arafah, Musdalifah dan Mina.
Kepada Suara Kutim.com, warga Jalan Edelwis Panorama Swarga Bara Sangatta Utara ini mengakui sabar merupakan kunci bisa melaksanakan semua rukun dan wajib haji dengan baik dan benar sebagaimana diajarkan Rasulullah. “Kalau kita tak sabar, akan sia-sia semua yang kita inginkan tapi jika kita sabar, Insya Allah semua menjadi nikmat dan menyenangkan,” kata Suprapto.
Sebagai jamaah haji yang berada di antara jutaan jamaah haji lainnya, Suprapto mengakui punya kesan tersendiri selama menunaikan ibadah haji terutama saat berada di Masjidil Haram dan Arafah serta melontar jamarat di Mina. “Banyak yang membuat saya terkesan dan menjadi kenangan tersendiri, intinya apa yang harus kita banggakan dengan status kita saat ini. Di Arafah, semua ummat manusia sama hanya menggunakan kain tanpa merek, tak berjahit meski ia presiden, pejabat, maupun petani,” ungkapnya.
Menurutnya perbedaan umrah di luar musim haji dengan haji, ada perbedaan. Pada saat umrah, jamaah bisa menikmati fasilitas mewah mulai hotel hingga makanan yang tersedia banyak sedangkan berhaji tidak sama namun apa yang disediakan sudah memenuhi standar pelayanan prima. “Tinggal jamaah saja, pandai-pandai karena semua sudah dipersiapkan dengan baik mulai tempat tinggal, tim kesehatan, transportasi dan konsumsi,” sebutnya seraya mengaku mendaftar haji pada tahun 2011 lalu.
Meski demikian selama musim haji, diakuinya jamaah bisa melaksanakan umrah sepuasnya demikian melaksanakan ibadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi terlebih berada di Makkah lebih 1 bulan diakui suatu nikmat luar biasa. “Berada di Masjdil Haram sungguh nikmat luar biasa, meski padat tak ada keributan semua khusuk dengan ibadahnya masing-masing,” kenangnya.(syafranuddin)