Proses Inseminasi sapi |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Pengembangan sapi di Kutai Timur (Kutim) belum maksimal sementara lahan dan SDM atau peternak mendukung. Agar Kutim tidak lagi bergantung dengan daerah luar dalam penyediaan daging, Dinas Pertanian dan Peternakan akan menggalakan perkawinan buatan atau inseminasi.
Dengan inseminasi, ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Syarifuddin Ginting, ketersediaan daging di Kutim dalam beberapa tahun kedepan menjadi banyak dan mudah. Ia menyebutkan, program inseminasi sudah digulir sejak tahun 2011 lalu. “Hasilnya membanggakan, kini populasi sapi yang kini mencapai lebih lima belas ribu ekor yang tersebar di beberapa kecamatan diantaranya Kaliorang, Sangatta Selatan, Muara Wahau dan Sangkulirang,” jelasnya.
Dengan inseminasi, ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Syarifuddin Ginting, ketersediaan daging di Kutim dalam beberapa tahun kedepan menjadi banyak dan mudah. Ia menyebutkan, program inseminasi sudah digulir sejak tahun 2011 lalu. “Hasilnya membanggakan, kini populasi sapi yang kini mencapai lebih lima belas ribu ekor yang tersebar di beberapa kecamatan diantaranya Kaliorang, Sangatta Selatan, Muara Wahau dan Sangkulirang,” jelasnya.
Inseminasi, diakui memberikan banyak hal kepada peternak diantaranya percepatan memperoleh turunan yang gennya sama. Namun, tujuan utamanya yakni memperbanyak ketersediaan daging.
Didampingi Kabid Peternakan Diah Ningrum, diakui pengembangan sapi melalui inseminasi akan memperbanyak jumlah sapi pedaging namun sangat diharapkan lebih banyak betina sehingga lebih menjamin peningkatan populasi. “Inseminasi buatan bisa diperolehnya sapi-sapi yang berkualitas, karena perkawinan antara jenis unggulan dengan jenis sapi biasa dapat dilakukan, sehingga mempercepat proses perkembangbiakan sapi di Kutim,” bebernya.
Kedua pejabat pada Dinas Pertanian dan Peternakan ini sama-sama mengakui program inseminasi terbilang baru di Kutim, namun operasinya sederhana sehingga mudah dilaksanakan bahkan oleh peternak. Diakui, biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan meningkatkan populasi sapi dengan mendatangkan dari luar daerah. “Program inseminasi merupakan proses perkawinan antara sapi jantan dengan betina yang dibantu oleh manusia, proses ini dilakukan dengan cara memasukan sperma dari sapi jantan ke alat kelamin sapi betina,” timpal Diah.
Terkait peralatan dan tenaga pelaksana inseminasi buatan ini, diakui tidak masalah. Pasalnya sejak beberapa tahun lalu telah melakukan pengadaan sejumlah peralatan program inseminasi buatan senilai Rp 200 juta. Sedangkan petugas yang telah dilatih sebanyak 2 orang pada program pelatihan inseminasi se-Kalimantan Timur di Samarinda. “Selama pelatihan, melibatkan tenaga ahli dari Balai Inseminasi Buatan Sinosari Malang, Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim tahun ini terbantu dengan adanya bantuan Straw (red-Sperma) sapi bali unggulan beku dari Dinas Perternakan Kaltim,” terang Diah.(SK-03)