Agusrianysah Ridwan |
BELUM MAKSIMALNYA perhatian pemerintah kepada guru, terutama guru swasta membuat hati Agusriasnyah Ridwan, SP tergetar. Pria kelahiran Samarinda, tahun 1975 ini setelah menempuh pendidikan di Samarinda, kembali ke tanah kelahiran leluhurnya yakni Sangkulirang.
Di kecamatan yang berada di tepi Selat Makassar ini, pria yang biasa disapa dengan Agus atau Ridwan ini menjadi seorang guru pada SMU Sangkulirang. “Saya melihat, untuk memperjuangkan nasib guru itu saya harus banting stir, salah satunya terjun ke politik dan pilihan hati saya yakni PKS,” ujar Agus seusai peresmian anggota DPRD Kutim, Kamis (14/8).
Sebagai kader PKS, Agus merencanakan akan bergabung dengan komisi yang menanangi masalah kesejahteraan rakyat. Tak heran, ia berminat menangani masalah pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan lainnya. “Sebagai mantan guru, anggaran yang diberikan untuk pendidikan memang sudah lebih dua puluh persen, namun itu termasuk membangun gedung dan berbagai kegiatan yang berbau pendidikan. Karena itu, meskipun mendapat porsi yang cukup besar, tetap masih kurang. Seharusnya untuk pembangunan fisik, anggarannya lain sementara untuk anggaran pendidikan terutama untuk kesejahteran guru fasilitas belajar termasuk kebutuhan anak – anak sekolah tetap dialokasikan dua puluh persen,” bebernya.
Disebutkan Agus, pendidikan perlu penataan yang benar terutama penyebaran guru di daerah terpencil.Menurutnya, banyak sekolah minim guru sementara di kota bertumpuk. “Jangankan di Sangatta, penyebaran guru diibukota kecamatan saja sudah timpang akibatnya, pemerataan pendidikan tidak sama. Jadi perlu ketegasan dari pemerintah, untuk menata masalah pendidikan ini,” ungkapnya.
Meski demikian, Agus menyadari penataan guru tidak mudah karena banyak faktor lain sebagai penyebab. Namun ia menyebutkan, penataan bisa terlaksana dari proses pembukaan dan penempatan guru sejak awal.
Kunci terpenting, ujar Agus bagaimana pemerintah mengutamakan pemuda-pemuda yang dari desa yang memang berminat menjadi guru didesanya. “Kalau yang datang dari daerah lain, ada kecendrungan untuk kembali ke kota setelah jadi PNS, karena tidak tahan dengan situasi di desa. Di sekolah di desa, juga banyak yang sudah mengabdi sebagai TK2D,” harapnya seraya menambahkan pendidikan ini merupakan penentu masa depan bangsa dan negara.(SK-02)