SANGATTA (23/11-2018)
Program Perubahan “Program One Village More Than One Ethnic Product Bernilai Ekonomi Secara Sustainable di Kutai Timur (Kutim)” yang dipelopori Dinas Kebudayaan didukungan berbagai pihak. Program yang berlokasi di Dusun Rindang Benua Kecamatan Sangatta Selatan diapresiasi Camat Sangatta Selatan Hasdiah.
Meski demikian, Hasdiah berharap setelah diluncurkan kegiatan berhenti, ia berharap terus berjalan meski tidak ada dana. Satu-satunya camat wanita di Kutim ini yakin program pemberdayaan masyarakat dengan penguatan pengelolaan produk kearifan lokal membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Disbud Tatiyana Ester Putinoto Panjaitan selaku Ketua Panitia menjelaskan, menyebutan program perubahan yang ia lakukan di Dusun Rindang Benua , karena masyarakat Dusun Rindang Benua memiliki product Ethnic yang tidak hanya satu, seperti Tanaman Obat yaitu Bawang Dayak atau Bawang Tiwai, Juga Alat Masak dari Kayu limbah Ulin, Pakaian dari Kulit Kayu, Asesoris Manik- manik, Tanaman Penyedap Rasa Tradisional dan lainnya. Sesuai pengamatan langsung dilapangan, satu kampung di Dusun Rindang Benua ternyata memiliki bukan hanya satu produk budaya bahkan lebih. Dusun Rindang Benua sebagai pilot project kegiatan ini terdiri dari 80 KK. Memiliki bahan baku Bawang Tiwai sebagai obat tradisional dan 70 persen masyarakatnya menanam Bawang Dayak atau Bawang Tiwai sebagai obat.
“Diharapkan setelah dimulainya lauching Proyek Perubahan ini dapat terwujud produk budaya yang bernilai ekonomi tinggi dan berlangsung secara berkesinambungan,” harapnya. (SK4)