SUARAKUTIM.COM, MUARA ANCALONG – Upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus digeber. Kali ini setelah kecamatan Muara Bengkal dilanjutkan ke Muara Ancalong dengan salah satu langkah terbaru yang dilakukan adalah “Jemput Bola Stop Stunting”, yang kembali diselenggarakan di Desa Kelinjau Ulu, Kecamatan Muara Ancalong pada Sabtu (4/1/2025). Kegiatan ini melibatkan penyerahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) secara gratis kepada keluarga berisiko stunting (KRS).
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, Achmad Junaidi B, turun langsung dalam kegiatan ini didampingi sejumlah pejabat terkait, antara lain Plt Sekretaris DPPKB, BB Partomuan, Plt Kabid Penyuluhan dan Pergerakan DPPKB LA Beti, serta stafnya. Adapula Camat Muara Ancalong, Sekcam Muara Ancalong, Saebran, dan Sekdes Kelinjau Ulu. Kehadiran mereka juga didukung oleh TP-PKK Kecamatan, TPK, Penyuluhan KB, dan Forkompincam setempat.
Diwawancarai insan pers usai kegiatan, Achmad Junaidi mengungkapkan fokus utama dari program ini adalah menurunkan angka keluarga berisiko stunting. Salah satunya dengan memberikan edukasi kepada ibu hamil dan anak beresiko stunting di Kecamatan tertua di Kutim.
“Di Muara Ancalong ini, salah satu lokus yang berhubungan dengan keluarga berisiko stunting adalah ibu hamil, khususnya mereka yang memiliki usia rentan, seperti ibu hamil di usia 38 tahun dengan kondisi hamil muda,” ungkapnya.
Untuk itu, pihak DPPKB memberikan pendampingan intensif agar ibu hamil tersebut dapat melahirkan dalam keadaan sehat, serta mencegah potensi masalah kesehatan bagi ibu dan anak.
Selain itu, Junaidi pun memberikan pesan kepada Camat Muara Ancalong, untuk memasukkan program rumah layak huni dalam program pembangunan rumah layak huni, agar keluarga berisiko stunting bisa mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik.
“Jika memungkinkan, kita harus memfasilitasi keluarga berisiko stunting agar mereka memiliki rumah sendiri, tentunya dengan memiliki tanah sendiri. Sementara untuk air bersih di tempat bermukim sudah yang sesuai menggunakan PDAM,” ujarnya.
Penting juga untuk mencatat bahwa stunting tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kesehatan, tetapi juga kondisi sosial ekonomi. Ada pula keluarga berisiko stunting di daerah tersebut yang tidak memiliki penghasilan tetap, sehingga penyediaan pekerjaan menjadi bagian dari solusi. Junaidi menyarankan agar Camat dapat memfasilitasi orangtua dengan pekerjaan, seperti menjadi tenaga kebersihan di kantor desa atau bekerja di perkebunan sawit, sehingga mereka tetap dapat merawat anak sambil mendapatkan penghasilan yang layak.
“Pencegahan lebih awal sangat penting, agar angka stunting di Kutim dapat berkurang. Anak-anak yang berisiko stunting harus mendapatkan perhatian lebih sejak dini, sehingga mereka tidak berkembang menjadi stunting,” tegas Achmad.
Ditempat yang sama, Camat Muara Ancalong, Harun Al-Rasyid, mengatakan pihaknya masih menghadapi banyak tantangan dalam mengurangi stunting di wilayahnya.
“Dari hasil kunjungan, kami mendapati lebih dari 500 warga yang berisiko stunting. Ternyata, faktor penyebabnya bukan hanya kesehatan, tetapi juga sanitasi, air minum yang tidak sehat, dan rumah yang tidak layak huni,” ungkap Harun.
Ia menambahkan, ada sekitar 42 anak yang sudah teridentifikasi mengalami stunting.
“Semoga bisa segera menuntaskan permasalahan ini dengan lebih optimal,” singkatnya.
Upaya yang dilakukan oleh DPPKB Kutim dan pemerintah kecamatan ini menjadi langkah konkret untuk mengurangi stunting, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan sejak dini. Dengan sinergi antara pemerintah daerah, kecamatan, dan masyarakat, diharapkan angka stunting di Muara Ancalong dan Kutim secara umum dapat menurun signifikan dalam waktu dekat.(*)