SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Dinas Kesehatan Kutai Timur (Dinkes Kutim) menggelar pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS), bagi tenaga perawat Puskesmas dan Rumah Sakit di Kutim. Pelatihan yang sudah dimulai sejak tanggal 6 Oktober 2024 hingga 11 November 2024 dan dipusatkan di Hotel Puri Senyiur Samarinda ini, diikuti sebanyak 24 orang tenaga perawat perwakilan dari Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di wilayah kerja Kutai Timur.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim Bahrani Hasanal menyebutkan dengan meningkatnya prevalensi penyakit jantung koroner dan cedera di masyarakat, pelatihan BTCLS menjadi sangat relevan. Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dalam situasi kritis.
”Saya berharap semua peserta dapat mengikuti pelatihan ini dengan serius dan memanfaatkan setiap momen untuk belajar. Saya juga berharap setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam praktik sehari-hari di lapangan. Mari kita tingkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah kita, sehingga kita dapat memberikan pertolongan yang lebih baik kepada masyarakat yang membutuhkan,” ucap Bahrani.
Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinkes Kutim, Ahsan Zainuddin menyebutkan jika di Indonesia dari Data dan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) masih mengalami peningkatan. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran usia pasien PJK yang tadinya banyak terjadi di usia tua, saat ini PJK juga dialami oleh kelompok usia muda yakni antara usia 25 – 34 tahun.
”Jadi berdasarkan jenis kelamin, prevalensi PJK terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Penduduk perkotaaan lebih banyak menderita PJK dibandingkan penduduk pedesaan. Dalam kondisi gawat darurat, PJK yang tidak tertangani dengan baik dapat mengakibatkan henti jantung hingga kematian,” ucap Ahsan.
Lanjutnya, selain PJK, prevalensi cedera di Indonesia juga mengalami peningkatan. Cedera yang tidak ditangani dengan baik selain dapat berujung pada kematian juga dapat berujung kecacatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menyebabkan korban tidak produktif dan kehilangan pekerjaan. Menurut data RISKESDAS, cedera sering terjadi pada penduduk usia produktif, yakni pada usia 15 – 24 tahun, yang menyebabkan panca indera tidak berfungsi, kehilangan sebagian anggota badan dan catat permanen.
”Jadi penanganan yang cepat dan tepat dari mulai pre-hospital hingga intra-hopital oleh perawat sangat penting untuk mencegah kecacatan dan kematian. Oleh karena itu perawat dituntut untuk memiliki kompentasi dalam menangani masalah kegawatdaruratan akibat trauma dan gangguan kardiovaskuler. Salah satu upaya dalam peningkatan kompetensi tersebut dilakukan melalui pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS),” ujarnya.
BTCLS merupakan salah satu pelatihan dasar bagi perawat dalam menangani masalah kegawatdaruratan akibat trauma dan gangguan kardiaovaskuler. Penanganan masalah ini ditujukan untuk melakukan pengkajian awal dan memberikan penanganan kegawatdaruratan dasar sehinga dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan.
Dalam mengikuti pelatihan, para peserta tidak hanya mendapatkan ilmu dan pengetahuan secara teori, namun juga penugasan dan praktek lapangan. Dibimbing oleh empat tenaga instruktur bersertifikat, usai mengikuti pelatihan BTCLS ini para peserta diharapkan mampu melakukan tindakan bantuan hidup dasar pada pasien yang mengalami masalah terkait keadaan trauma dan gangguan kardiovaskuler di lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja masing-masing.(Red-SK/Adv)