
SUARAKUTIM.COM, SAMARINDA – Pelantikan dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) yang berlangsung di Pendopo Odah Etam, Kompleks Kantor Gubernur Kaltim, Sabtu (10/5/2025), dihadiri sejumlah tokoh nasional. Di antara hadirin, tampak Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dan Menteri Sosial RI Syaifullah Yusuf yang juga menjabat sebagai Sekjen PBNU.
Kedatangan Gus Yahya dan Gus Iful di Samarinda, disambut langsung Wakil Gubernur Kaltim, H. Seno Aji saat mendarat di Bandara APT Pranoto, Samarinda, Sabtu (10/5/2025). Sambutan hangat Pemprov Kaltim ini ditandai dengan pengalungan selendang manik khas suku Dayak kepada kedua tokoh nasional tersebut, setiba di ruang kedatangan bandara. Momen ini menjadi bagian penting dalam penguatan kolaborasi antara pemerintah dan organisasi keagamaan, khususnya dalam membangun peran strategis perempuan dalam masyarakat.

“Selamat datang di Samarinda, Pak Menteri, Gus Yahya. Senang rasanya bisa menyambut langsung tamu-tamu kehormatan di tanah Benua Etam,” ujar Seno Aji usai menyematkan selendang adat pada kedua tokoh.
Seno menegaskan bahwa NU, termasuk Muslimat NU, telah menjadi mitra vital dalam pembangunan sosial Kalimantan Timur. Ia memuji kontribusi besar para perempuan Muslimat NU yang aktif di berbagai sektor mulai dari pendidikan, pemerintahan, pertanian hingga UMKM.
“Banyak ibu-ibu Muslimat yang berkarier di pemerintahan, di kampus, dan aktif dalam dunia usaha. Pemerintah tentu berkewajiban mendukung gerakan mereka,” tambahnya.
Dalam momen acara, dihadapan para hadirin, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyampaikan pentingnya membebaskan perempuan dari batasan pendidikan dan akses terhadap pengembangan diri. Ia menekankan bahwa kewajiban menuntut ilmu berlaku bagi semua, tanpa memandang gender.
“Perempuan tidak boleh dibatasi dalam mengembangkan kapasitas dirinya, karena itu bagian dari kewajiban dirinya kepada Tuhan,” ucapnya.
Gus Yahya juga mengapresiasi pencapaian Muslimat NU yang telah banyak melahirkan akademisi, profesor, dan pemimpin komunitas. Menurutnya, organisasi yang lahir sejak 1946 ini terus relevan sebagai pilar pemberdayaan perempuan di Indonesia.
Ia menambahkan bahwa seluruh bentuk pengabdian dalam NU harus tetap berpijak pada nilai dan visi para pendirinya. NU, tegasnya, adalah wadah pelayanan terhadap umat melalui berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga penguatan keluarga.
“Saya meminta kepada Muslimat NU bagaimana membangun keluarga tangguh untuk masa depan yang mulia bagi seluruh umat manusia,” pungkasnya.
Acara pelantikan dan Rakernas ini diharapkan menjadi momentum memperkuat peran Muslimat NU dalam menjawab tantangan zaman, serta menjalin sinergi antara agama, budaya, dan pemerintahan demi membangun masyarakat yang inklusif dan berdaya.(Red-SK/*)