Aktiftas warga di Sungai Sangatta |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Pendangkalan Sungai Sangatta dalam beberapa tahun terakhir menjadi pertanyaan Fraksi PDI Perjuangan. Melalui Agiel Suwarno dalam sidang belum lama ini, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutim diminta bisa memberikan gambaran kondisi Sungai Sangatta.
Namun, diketahui BLH belum ada kajian tentang kondisi Sungai Sangatta terkini, bahkan Kepala BLH Kutim Ence Rijal Rafidin. “Pertanyaan penyebab pendangkalan sungai, baru saya dengar dari wartawan tapi dapat dipastikan penyebab pendangkalan selain aktifitas tambang juga ada aktifitas pembukaan lahan dari perusahan perkebunan di daerah hulu termasuk aktifitas rumah tangga seperti pencucian kendaraan serta pembuangan sampah yang sulit terurai,” sebut Ence Rijal Rafidin.
Disebutkan, selama ini adalah penelitian yang dilakukan BLH terkait dengan kualitas air, terutama kandungannya air atau faktor kimia dan biologi air. Menurur Rijal Rafidin, selama ini isntansinya melakukan zonasi penelitian kualitas terutama daya tampung air sungai, dengan melibatkan pihak ketiga. “Hasil penelitian diharapkan November mendatang sudag didapat, termasuk penelitian terkait dengan daya tampung sungai sungai dari zat-zat yang masuk,” bebernya.
Menyinggung, kelayakan air Sangatta sebagai sumber air baku bagi PDAM, Rijal menerangkan air baku untuk air minum harus masuk kelas satu, kenyataan air Sungai Sangatta masuk kelas tiga bahkan masih dibawah.
Namun berdasarkan Perda Kaltim, Sungai Sangatta masuk sebagai kualitas satu untuk konsumsi, meskipun tidak berdasarkan penelitian masuk kelas tiga. “BLH Kutim sedang melakukan kajian ulang apakah masih layak masuk nomor satu atau tidak,” terang Rijal.
Ia menambahkan, selama ini pencemar utama Sungai Sangatta diduga akibat aktifitas penambangan namun kenyataan berdasarkan penelitian, limbah air penambangan batubara selama ini masuk baku mutu air karenanya diyakini penyebab pencemaran utamnya limbah rumah tangga. “Penelitian terus dilakukan dimana daerah yang bisa memenuhi kelas satu sebagai sumber air baku sebagiman ketentuannya,” jelasnya.
Terkait kajian sejumlah mahasiswa yang menemukan adanya zat logam berat berupa timbal dalam air di Sungai Sangatta, Rijal mengakui belum ada penelitian logam atau zat non organik di Sungai Sangatta. “Hasil penelitian mahasiswa itu sangat penting juga, karena akan dikaloborasi dengan penelitian yang ada selain itu bisa mengetahui zona atau titik penelitiannya untuk mengetahui asal-usul logam berat yang ditemukan,” terang Rijal.(SK-02)