KAWASAN air terjun tempat Marhadin (21) mahasiswa STIPER Sangatta merenggang nyawa karena tenggelam, menurut keterangan warga Karangan Hilir merupakan kawasan ‘anker” karenanya warga setempat selalu mewanti-wanti jika ada yang berkunjung ke kawasan yang berada di lereng bukit itu.
Seorang pria, Selasa (20/1) beberapa jam sebelum informasi jasad Marhadin ditemukan kepada Suara Kutim.com menyebutkan Marhadin tenggelam karena masuk areal “ghaib” mengenakan pakaian serba hitam. “Ia (Marhadin,red) masuk ke areal yang ditunggu orang halus yang menyukai warna hitam,” kata pria tadi yang entah datang dari mana ketika berjumpa Suara Kutim.com.
Pernyataan pria misterius itu ternyata ada benar, ketika Suara Kutim.com sekitar pukul 17.00 Wita mendapat kabar kalau Marhadin ditemukan mengenakan pakaian serba hitam termasuk pakaian dalam.
Ketua LPPM STIPER Ardianto mengakui warga Karangan Hilir menyebut kawasan air terjun yang berada dalam areal HPH sebuah perusahaan perkayuan, termasuk Gunung Tengkorak sebagai kawasan “angker” yang tidak boleh dimasuki sembarang orang tanpa didampingi masyarakat desa. “Pendamping dari aparat desa juga harus meminta restu tokoh adat,kalau dikatakan jangan ya jangan,” ujar Ardianto.
Tim pencari yang terdiri Basarnas, BPBD serta Menwa termasuk civitas STIPER sebelum bertolak ke lokasi pencarian, terlebih dahulu melakukan ritual adat dengan memotong ayam hitam.
Pemotongan ayam warna hitam konon sesuai permintaan penghuni air terjun yang disebut-sebut seorang putri cantik yang didampingi ular raksasa. “Saat tim pencari dilakukan pemotongan ayam hitam, kemudian dibawa ke lokasi namun ketika tiba jasad sudah ditemukan,” terang Fajar dari BPBD Kutim yang dibenarkan Ardianto.(Tim SK)