SANGATTA (2/2-2018)
Tidak bisa dipungkiri, rokok mempengaruhi tingkat kesejahteraan manusia. Bahkan rokok masuk dalam kategori kedua dalam penentu nilai kesejahteraan manusia setelah makanan jadi, selain itu bisa berpengaruh terhadap tingginya angka kemiskinan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kutai Timur, Ach Yasid Wijaya menyebutkan, dalam penilaian tingkat kesejahteraan manusia bahwa rokok masuk dalam kelompok makanan, namun rokok tidak bisa dihitung tingkat kalorinya sebab memang tidak memiliki nilai kalori.
Ketika ditemui Suara Kutim.com belum lama ini, ia mengakui, meski rokok tidak ada sumbangsihnya terhadap peningkatan kalori namun pengeluaran pembiayaan untuk membeli rokok lumayan besar.
Dipaparkan, seharusnya jika seseorang tidak merokok atau dengan tidak membeli rokok maka ia bisa membeli makanan untuk meningkatkan nilai kalori yang dibutuhkan tubuhnya. Dengan kondisi ini, dapat diartikan pengaruh rokok sangat besar terhadap upaya menurunkan nilai kalori manusia. “Selain itu rokok juga mempengaruhi pada tingkat kesejahteraan manusia atau meningkatkan angka kemiskinan,” bebernya.
Ia mengungkapkan, banyak faktor yang mempengaruhi angka kemiskinan manusia. Disebutkan, BPS dalam menghitung angka kemiskinan, berpatokan pada kemampuan manusia dalam mengakses pelayanan dasar.
Sementara untuk makanan, BPS berstandar bahwa masyarakat harus bisa memenuhi 2.100 kalori per hari per orang agar tidak masuk dalam kategori penduduk miskin. Sedangkan untuk perhitungan nilai rupiahnya, ungkap Yasid, setiap kepala keluarga bisa mengeluarkan Rp 512.000 perkapita per orang dengan 70 persen untuk pemenuhan makanan dan 30 persen untuk non makanan. “Jika berada di bawah Rp512.000 maka dapat dipastikan tergolong keluarga miskin,” tandasnya.(SK12)