SANGATTA (18/2-2018)
Marten salah satu korban tabrakan kapal dengan ponton di Tanjung Mangkaliat Sandaran, memang boleh dikata sebagai orang disiplin tinggi. Dalam menjaga keselamatan, ia memang berpegang teguh dengan SOP yang ia dapatkan selama bekerja di PT KPC.
Sukri – sebagai ABK yang juga teman Marten selama bekerja di KPC,menyebutkan semenjak masuk kapal, pria yang sudah punya cucu ini langsung memakai pelampung. “Bahkan saat makan maupun tidur, pelampung itu tidak lepas selalu melekat di badannya,” aku Sukri.
Melihat Marten yang selalu memakai pelampung, sejak awal Sukri yakin Marten selamat demikian dengan Zakaria. Hanya saja,warga Jalan Sepakat Sangatta Utara ini tidak yakin keduanya terbawa ke perairan Toli-Toli.
Saat menuju ambulance, Marten sempat bercerita jika selama terombang ambing oleh laut, Zakaria selalu memberinya semangat untuk bertahan. Meski mereka hanya berpegangan pada papa lantai atap kapal. “Kami selalu bersama dan berpegangan dengan lantai atap kapal, sejak kapal tenggelam,” ceritanya.
Sejak Minggu dini hari hingga Kamis petang atau selama 5 hari di tengah Selat Makassar, Marten dan Zakaria sama-sama mengaku tidak minum maupun makan meski panas menyengat. “Kami hanya berserah diri kepada Tuhan, teriakan kami tak pernah didengar kapal yang lewat meski sudah berusaha teriak se keras-kerasnya,” ungkap Marten yang mengaku sudah lelah karena tidak ada minum atau makan namun ada semangat ingin bertahan hidup.
Dengan pelampung yang ada serta terus berpegangan pada papan lantai atap, keduanya akhirnya diselamatkan ABK Tub Boat Sopia V milik PT Nelly Tarakan. Dengan TB Sopia V inilah keduanya diantara ke Pulau Mataha untuk diserahkan ke tim pencari.
Yang luar biasa, Marten ternyata sama sekali tidak melepas palampungnya selama ini pasalnya saat dirumah sakit ketika dokter dan perawat akan melakukan pemeriksaan, barulah pelampung tersebut dibuka.(SK12)