SANGATTA (7/11-2017)
Jasad Radeck Tmimo (52) diperiksa biasa atau diautopsi masih menunggu keputusan keluarga almarhum di Jerman, termasuk Kedutaan Besar Jerman di Jakarta. Meski belum ada kepastian, pihak Kepolisian Resort Kutim meminta RSU Kudungga melakukan pemeriksaan bagian luar jasad.
Untuk mendapatkan kepastian Marliese Radeck – ibu Radeck Timo, berbagai upaya dilakukan Undine Simone (57) teman almarhum saat melakukan kunjungan ke Hutan Wehea. Sayangnya, waktu Sangatta dengan Jerman berbeda jauh, sementara pihak Kedutaan Besar Jerman belum memberikan respon. “Saya sudah berusaha menghubungi ibu Radeck Timo namun gagal, karena usianya 85 tahun,” terang Undine menjelaskan kepada Junaid – guide yang mendampinginya.
Sementara Direktur RSU Kudungga Anik ketika dihubungi Suara Kutim.com menerangkan jika diminta dilakukan otopsi, pihaknya akan mengirim jenazah pria penggemar traveling ini ke RSU AW Syahrani Samarinda. “Jika untuk pemeriksaan bagian luar bisa, kalau otopsi harus ke Samarinda,” terangnya.
Seperti diwartakan, Radeck Timo (52), Senin (6/11) meninggal dunia saat bertandang ke Hutan Wehea Kecamatan Muara Wahau. Keterangan yang dihimpun Suara Kutim.com, warga Deutsch Jerman ini datang ke Hutan Wehea bersama Undine Simone (57) untuk melihat hutan Wehea.
Timo dipandu petugas Hutan Wehea, menulusuri hutan namun pukul 14.50 Wita, warga Jerman kelahiran Remsched ini dikabarkan meninggal dunia diduga terkena serangan jantung. Keterangan lain, menyebutkan, sebelum menghembuskan nafas terakhir ia sempat terjatuh saat menulusri trak hutan yang ada. “Almarhum tidak mau menyerah, meski disarankan kembali ke pondok namun tetap ingin melanjutkan perjalanan sehingga kembali terjatuh lagi dan tampak lemas meski sempat diberikan pertolongan oleh Undine Simone namun gagal,” terang sumber media ini.
Jasad Timo sendiri baru bisa keluar dari areal Hutan Wehea, pukul 00.00 tadi malam, setelah dibawa ke Puskesmas Muara Wahau dirujuk ke RSU Kudungga Sangatta. “Kini masih menunggu informasi Kedutaan Jerman di Jakarta, setelah itu baru diputuskan apakah dilakukan otopsi atau tidak,” sebut Junaid ketika ditemui Suara Kutim.com di Kantor Badan Kesbangpol Kutim.
Lebih jauh, Junaid menyebutkan saat di TNK, almarhum sempat mengeluh sakit karena kelelahan. Namun, semengatnya untuk menjelajah di Hutan Wehea, tinggi. “Setelah kami makan siang, langsung menelusuri trak yang ada,” beber guide berusia 70 tahun ini namun fasih berbahasa Inggris.(SK12)