SANGATTA,Suara Kutim.com (18/11)
Pertumbuhan penduduk yang pesat berpengaruh terhadap kebutuhan bahan pangan terutama beras sebagai bahan pangan pokok. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kutai Timur mengungkapkan setiap tahun Kutim membutuhkan 20.000 ton beras.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kutim, Hormansyah menerangkan produksi beras di Kutim per tahun mencapai 21.000 ton sementara kebutuhan 41.000 ton beras sehingga menyebabkan kekurangan 20.000 ton. “Jika dikonfersikan kepada luasan lahan, diperlukan pembukaan lahan pertanian khususnya sawah adalah seluas 6000 hektar hingga 7000 hektar. Sehingga dengan luasan haktar sawah yang ada ini maka menjadi perhitungan jumlah produksi beras yang bisa dihasilkan hingga menjadikan Kutim dalam posisi swasembada beras,” terang Hormansyah.
Kepada Suara Kutim.com ia menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan Kutim tiap tahunnnya kekurangan beras antara lain pertumbuhan penduduk meningkat pesat, kemudian alih sawah menjadi kebun-kebun sawit.
Terpisah, Bupati Ismunandar mengakui alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab Kutim terus harus mendatangkan beras dari luar Kutim untuk memenuhi kebutuhan beras dalam daerah. Meski demikian, diakui pemkab tidak bisa memaksa masyarakat untuk tetap menanam padi di tengah perubahan pola fikir masyarakat yang menilai bahwa dengan menanam sawit lebih mendatangkan keuntungan yang besar dari pada harus tetap menanam padi.
“Saat ini terus diupayakan pemahaman kepada masyarakat untuk tetap bertahan menanam padi sawah, sembari terus memberikan pembinaan dan bantuan kepada petani padi sawah dan gunung. Terutama dengan adanya program swasembada pangan khususnya padi yang dicetuskan pemerintah pusat bekerjasama dengan TNI-AD, yang melakukan cetak sawah yang diharapkan mampu setidaknya memangkas separuh dari kekurangan kebutuhan beras Kutim,” kata Ismunandar.(SK3)