SANGATTA,Suara Kutim.com (11/2-2017)
Psikolog Rara Amiati menilai tingginya kasus kriminal di Kutai Timur yang melibatkan anak dibawah umur baik pelaku maupun korban, tidak lepas lemahnya peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pengayom dan panutan di dalam rumah tangga.
Menurutnya, dari sebagian besar kasus kriminal di Kutim yang melibatkan anak dibawah umur, kebanyakan dari keluarga dengan taraf hidup layak di atas rata-rata atau keluarga berada. “Orang tuanya merupakan pekerja perusahaan swasta di Kutim yang hampir menghabiskan sebagain besar waktunya kerja,” ungkapnya.
Rara yang kesehariannya sebagai tenaga Psikolog pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutim, menyebutkan beberapa kasus kriminal di Kutim yang melibatkan anak sebagai pelaku pidana ataukah sebagai korban, kebanyakan dari lingkungan keluarga berada.
Ia menyebutkan, ayah sebagai kepala rumah tangga, merupakan pekerja di perusahaan swasta yang menghabiskan waktu di tempat kerja selama 12 hingga 13 jam kerja, sehinga ika sudah di rumah total ingin beristirahat tanpa diganggu anak atau permasalahan lainnya. Sementara Ibu, jika bukan berprofesi sama dengan sang ayah, lebih kegiatan sosialis yang menghabiskan aktifitas keseharian di rumah dengan bergaul bersama tetangga atau sibuk nonton televise disisi lain kebutuhan rumah tangga dan keluarga, dipenuhi semampunya.
Dalam percakapan dengan Suara Kutim.com, disebutkan, kebanyakan para orang tua saat mengetahui anaknya terjerat kasus hukum kemudian berdalih jika mereka sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak sempat memperhatikan anak.
Selai itu ada yang beralasan sudah berupaya memenuhi kebutuhan anak, dengan membelikan pakaian, mainan hingga kendaraan bermotor, agar anak betah di rumah atau mudah bermain dengan teman sepermainannya. “Sebenarnya mereka para orang tua tersebut lupa, anak tidak hanya membutuhkan pemuasan harta, tetapi lebih kepada perhatian dan kasih sayang yang terlihat nyata. Orang tua kebanyakan menyepelekan bahkan mengabaikan hal-hal kecil yang dianggap tidak berguna seperti menanyakan pelajaran atau kegiatan selama anak di sekolah. Bertukar fikiran dan ngobrol bersama tentang aktifitas keseharian anak, serta mencari solusi bersama atas setiap permasalahan hidup yang dihadapi anak. Jadikanlah anak sebagai sahabat. Sehingga sesibuk-sibuknya orang tua, tetap wajib memaksimalkan watu yang ada untuk memberikan perhatian kepada anak dan keluarga,” bebernya.
Dalam pendalaman dari beberapa kasus, para orang tua, ujar Rara, lupa untuk membangun komunikasi dan menciptakan rasa nyaman bagi anak di dalam lingkungan keluarga,terlebih dalam waktu liburnya kebanyakan orang tua mengisi dengan bertemu dengan rekan kerja atau sibuk sendiri dan melupakan aktifitas bersama anak. “Jika libur sebaiknya luangkan sebanyak mungkin dengan anak, seperti ngantar dan menjemput dia sekolah sehingga ada jalinan kasih sayang lebih dalam, jika dibiarkan bisa menyebabkan anak menjadi liar dan salah dalam mencari jati diri sehingga dengan mudah terseret arus pergaulan bebas dan lebih berorientasi kepada memenuhi kepuasan nafsu dan harta,” sebu Rara seraya membeberkan kondisi Kutim saat ini.(SK3)