SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutai Timur langsung bertindak cepat menyikapi adanya temuan kasus kematian mendadak hewan ternak sapi di Kecamatan Sangatta Selatan, Kamis (26/7/2024) lalu.
Kepala Dinas TPHP Kutim melalui Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Antonius Kurniawan Dewanto membenarkan kejadian temuan kematian mendadak hewan ternak sapi di Kecamatan Sangatta Selatan.
Dikatakan jika 5 (lima) ekor sapi tersebut diketahui merupakan hewan sisa dari penjualan pasca Idul Adha lalu yang tidak laku dan kemudian dipelihara kembali oleh peternak untuk digemukkan. Dugaan kuat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap sapi yang ditemukan mati tersebut diakibatkan penyakit Jembrana.
“Dari informasi yang kami dapatkan di lapangan, bahwa sapi-sapi yang mati tersebut merupakan hewan yang tidak laku saat qurban (Idul Adha, red) kemarin dan kemudian oleh peternak dipelihara kembali untuk digemukkan. Dari analisa fisik hewan yang kami periksa, kuat dugaan kematian sapi-sapi tersebut dikarenakan penyakit Jembrana,” ucap Kurniawan saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (1/8/2024).
Lanjut Kurniawan, tidak hanya sekedar memeriksa kondisi penampakan fisik hewan, pihaknya juga langsung mengambil sampel organ dalam atau jeroan terhadap sampel sapi yang mati dan langsung dikirimkan ke laboratorium Keswan Kesmavet Kaltim, untuk memastikan dugaan penyebab kematian. Namun jika melihat kondisi yang ada pada fisik sapi, kemungkinan besar hewan-hewan tersebut pada daerah asalnya tidak mendapatkan vaksin Jembrana.
“Jadi kami sudah ambil sampel organ dalam atau jeroan dari sapi-sapi yang mati tersebut dan pada, Jum’at (27/7/2024) lalu, sampel tersebut langsung dikirimkan ke laboratorium Keswan Kesmavet Kaltim untuk dilakukan pemeriksaan, memastikan penyebab kematiannya. Namun jika melihat tanda fisik yang terlihat, seperti keluarnya darah dari pori-pori kulit sapi tersebut, maka diagnosa kuat dugaan diakibatkan penyakit Jembrana. Mungkin dari daerah asalnya, sapi-sapi itu belum mendapatkan vaksin Jembrana,” jelasnya.
Disebutkan, bahwa kasus Jembrana sudah lama tidak terjadi di Kutai Timur. Kondisi seperti ini pernah terjadi sebelum tahun 2010 di Kecamatan Kaliorang, namun hanya menyerang satu ekor sapi dan kemudian dinyatakan aman.
Selain itu, penyakit Jembrana ini hanya menyerang sapi jenis sapi bali serta tidak bersifat zoonosis atau tidak menjangkiti ke manusia. Sehingga jika ada temuan sapi yang terjangkit penyakit Jembrana dan dalam kondisi masih hidup namun tidak memungkinkan untuk sembuh, maka sapi boleh disembelih dan dagingnya aman untuk dikonsumsi, kecuali seluruh jeroan sapi wajib dibuang atau tidak boleh dikonsumsi.
“Jadi kami sampaikan bahwa daging dari sapi yang terserang penyakit Jembrana aman untuk dikonsumsi, kecuali seluruh bagian jeroan sapi yang wajib dibuang karena tidak layak konsumsi. Klo ada sapi yang terindikasi terserang penyakit Jembrana dan kondisinya masih hidup namun tidak memungkinkan untuk disembuhkan, maka pemilik boleh menyembelih sapi tersebut dan mengkonsumsi dagingnya, kecuali seluruh bagian organ jeroan sapi,” jelasnya.
Lebih jauh dikatakan Kurniawan, dalam sepekan ini DTPHP Kutim akan melakukan vaksinasi Jembrana kepada sapi-sapi bali yang ada di Kecamatan Sangatta Selatan, khususnya daerah sekitar terjadinya temuan kasus. Vaksinasi Jembrana ini didatangkan langsung dari Dinas Peternakan Provinsi Kaltim.
“Dalam sepekan ini kami akan melaksanakan vaksinasi Jembrana kepada sapi-sapi bali yang ada di Kecamatan Sangatta Selatan, khususnya pada ternak sapi bali yang ada di sekitar lokasi kejadian temuan kasus, atau membentuk ring vaksinasi. Vaksinasi ini kami datangkan langsung dari Dinas Peternakan Provinsi Kaltim. Penyakit Jembrana ini tidak jauh beda dengan penyakit demam berdarah, sehingga hanya perlu dilakukan vaksinasi dan pemberian vitamin, serta memperhatikan pemberian pakan yang cukup dan sehat kepada sapi-sapi tersebut, sehingga kekebalan tubuh sapi meningkat,” pungkasnya.(Red-SK)