![]()
SANGATTA,Suara Kutim.com (29/9)

Danlanal Sangatta Letkol Laut (P) Donny Suharto menyebutkan potensi kelauatan dan perikanan menjanjikan namun belum dikelola maksimal, bahkan ada kecendrungan potensi yang ada lebih dahulu rusak akibat pengelolaan yang tidak mentaati hukum seperti menggunakan bom ikan atau menggunakan apat tangkap yang tidak standar.
Kepada Suara Kutim.com disela-sela aksi penanaman mangrove di Dusun Kenyamukan, Selasa (29/9) diungkapkan ekosistem mangrove jika dijaga akan memberikan nilai ekomoni yang tinggi bagi manusia baik dari hasil olahan tanaman dan buah mangrove hingga berkembangbiaknya ikan-ikan yang dapat dimanfaatkan nelayan jika sedang musim angin selatan.
Dalam pengamatanya, ekosistem hutan mangrove di Kutai Timur seperti di Dusun Kenyamukan telah mengalami kerusakan 40 persen akibat alam. “Musim angin selatan menciptakan pukulan ombak kuat sehingga hutan mangrove yang tidak memiliki baffer zone atau penahan dan pemecah ombak ini rusak tergerus air laut. Hal ini pun hampir sama terjadi di sepanjang garis pantai di Kutai Timur,” sebut Danlanal.
Terhadap restorsi terumbu karang, diakui ada spot-spot terumbu karang yang bagus seperti di Bengalon, Sangkulirang, Muara Sangatta dan Pulau Birah-Birahan Sandaran. Dalam kacamatanya, terumbu karang yang ada jika dilakukan perawatan menjadi habitat ikan hias dan ikan karang ini juga bisa menjadi wisata bawah laut Kutim.
Orang nomor satu di Lanal Sangatat menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir sejumlah terumbu karang mengalami kerusakan parah akibat pengeboman ikan hingga labuh jangkar kapal yang tidak pada tempatnya. “Restorasi terumbu karang memakan waktu yang cukup lama minimal 3 bulan bahkan bahkan bertahun-tahun hingga mengembalikan agar terumbu karang ini hidup kembali dan menjadi wadah habitat ikan hias atau ikan karang,” imbuhnya seraya berharap masyarakat ikut menjaga kelestarian biota laut demi anak cucu dan pelestarian lingkungan.(SK-02/SK-03/SK-11)






