SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas utama dalam sistem kesehatan di Indonesia, mengingat tingginya angka kematian ibu dan bayi yang masih menjadi tantangan. Kualitas pelayanan antenatal, persalinan, dan nifas yang baik sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, bidan sebagai tenaga kesehatan primer memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan ini.
Karenanya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menggelar pelatihan pelayanan Antenatal Care (ANC), Persalinan, Nifas dan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) bagi tenaga bidan dan perawat yang bertugas pada sejumlah puskesmas pembantu di wilayah Kutim. Pelatihan yang dilaksanakan sejak tanggal 28 Oktober hingga 1 November 2024, bertempat di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Kaltim di Samarinda.
Hasmiati selaku Ketua Panitia menyebutkan jika pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan khususnya Bidan dalam melakukan pelayanan ANC, asuhan persalinan, asuhan masa nifas dan menyusui serta Skrining Hipothiroid Kongenital (SHK) di fasilitas kesehatan tingkat pertama atau puskesmas sesuai standar.
”Jadi para bidan dan perawat ini harus memahami dan menerapkan standar pelayanan antenatal yang komprehensif. Selain itu mereka harus mampu melakukan manajemen persalinan yang aman dan efektif, memberikan perawatan nifas yang optimal untuk ibu, serta melakukan skrining hipotiroid kongenital dengan tepat dan efektif di faskes tingkat pertama atau puskesmas,” ujar Hasmiati.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim, Bahrani Hasanal dalam arahannya mengingatkan peran penting bidan dan perawat sebagai garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di setiap puskesmas, termasuk kepada ibu dan bayi. Menurut Bahrani, angka kematian ibu dan bayi yang masih cukup tinggi di Indonesia, menjadi tantangan tersendiri. Sehingga pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas utama dalam sistem kesehatan di Indonesia.
”Antenatal Care (ANC) yang berkualitas dapat mendeteksi masalah kesehatan yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga intervensi dapat dilakukan sedini mungkin. Begitu pula, persalinan yang aman dan nifas yang terawat dengan baik akan mengurangi risiko komplikasi. Selain itu, Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) juga menjadi bagian penting dalam mendeteksi dan mencegah dampak jangka panjang pada bayi. Hal ini harus menjadi pemahaman dan diterapkan oleh para bidan di setiap Puskesmas,” ujar Bahrani.
Lanjutnya, Pemerintah KutaiTimur telah melaksanakan Kick Off atau Launching Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (ILP) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2024, pada bulan Agustus kemarin. Salah satu poin penting dalam launching IPL tersebut, pemerintah daerah bersama seluruh stake holder dan elemen masyarakat sepakat mendukung penuh penyelenggaraan IPL di Kutim.
”Tidak hanya sekedar mendukung, namun juga komitmen pemerintah, stake holder dan lapisan masyarakat dalam penerapan IPL di Kutim dengan memaksimalkan dukungan penggunaan dana ADD, DAK, BOK Puskesmas dalam implementasi Integrasi Layanan Kesehatan Primer (ILP) Kabupaten Kutai Timur. Selain itu juga menerapkan pelayanan kesehatan berdasarkan paket siklus hidup di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Posyandu,” jelas Bahrani.
Dalam pelatihan ini, peserta merupakan bidan dan perawat yang bertugas pada Puskesmas Pembantu di wilayah kerja Puskesmas Sandaran, Puskesmas Karangan, Puskesmas Batu Ampar, Puskesmas Long Mesangat, Puskesmas Muara Bengkal, Puskesmas Muara Ancalong dan Puskesmas Busang. Melalui bimbingan tim fasilitator dari Bapelkes Provinsi Kaltim, para peserta tidak hanya mendapatkan pembekalan materi, tetapi juga ada penugasan hingga praktik lapangan.(Red-SK/Adv)