Beranda kutim adv pemkab Kesadaran Bawa Anak ke Posyandu Masih Rendah – Kadis PPKB Kutim Sebut...

Kesadaran Bawa Anak ke Posyandu Masih Rendah – Kadis PPKB Kutim Sebut Sasaran Target Belum Tercapai, Perlu Kerja Keras

0

Loading

SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui tangan perangkat daerahnya, saat ini terus berupaya menggenjot penurunan angka stunting dan keluarga beresiko stunting di Kutai Timur. Salah satu perangkat daerah Kutim yang berperan dalam upaya penurunan stunting ini, adalah Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim.

Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi memastikan jika upaya penurunan angka stunting dan keluarga beresiko stunting di Kutai Timur, terus berproses. Tidak hanya DPPKB sendiri, namun kolaborasi dengan seluruh perangkat daerah terkait dan elemen masyarakat di Kutim juga terus dilakukan. Namun menurutnya, pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri dalam pengusahakan penurunan angka stunting ini, tanpa adanya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat itu sendiri.

Disebutkan Junaidi, jika saat ini kesadaran masyarakat terutama kaum ibu untuk membawa bayinya ke Posyandu masih rendah. Kondisi ini menyebabkan upaya penurunan angka stunting di Kutim belum bisa maksimal dan memenuhi sasaran target yang ingin dicapai, karena kesulitan dalam melakukan pendataan riil di lapangan, terutama melalui Posyandu.

”Cuma masalahnya saat ini, bagaimana membangun kesadaran masyarakat untuk membawa anak atau bayi ke Posyandu, karena itu masih rendah. Hal ini menyebabkan masih banyak sasaran target kita, yakni anak di bawah umur itu dibawa ke Posyandu tidak tercapai. Masih ada masyarakat yang beranggapan untuk apa anaknya dibawa ke Posyandu, tidak usah karena sedikit-sedikit dibilang stunting. Padahal di Posyandu itu kita berikan vitamin dan makanan sehat tambahan untuk anaknya, juga kita beri penyuluhan supaya hidup sehat,” ujar Junaidi.

Lanjutnya, langkah kongkrit yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan melakukan jemput bola langsung ke rumah-rumah warga. Meskipun diakui Junaidi, pola ini merupakan kerjaan yang cukup berat karena memerlukan tenaga tambahan kader di lapangan. Berbeda jika masyarakat yang secara sukarela memilih untuk datang sendiri ke Posyandu.

”Kerja berat ke depan ini ya terpaksa kita akan melakukan jemput bola, kita datangi langsung ke rumah-rumah warga. Tentunya kita terpaksa harus menambah lagi tenaga kader di lapangan. Klo masyarakat yang sukarela datang ke Posyandu, pasti beda ceritanya karena akan semakin mudah dan tidak perlu banyak tenaga,” sebut Junaidi.

Ditambahkan Achmad Junaidi, saat ini jumlah tenaga kader Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang dinaungi DPPKB Kutim ada sebanyak 43 orang yang tersebar di 18 Kecamatan se-Kutim. Sedangkan seorang penyuluh harus mengampu tiga hingga lima desa sekaligus, sehingga dianggap jumlah yang ada belum maksimal. Sehingga harapannya, pada anggaran tahun depan bisa dialokasikan pembiayaan untuk tenaga pendamping 1 orang di setiap desa, apakah melalui mekanisme outsourcing atau lainnnya karena Pemkab Kutim pada tahun depan sudah tidak diperkenankan lagi mengangkat tenaga atau pegawai honorer daerah.

”Saat ini jumlah PLKB kita itu sebanyak 43 orang yang tersebar di 18 kecamatan. Tentu jumlahnya ini masih kurang karena seorang PLKB harus bisa mengampu tiga hingga lima desa, sehingga belum maksimal. Nah, kami berharap pada anggaran tahun depan bisa dialokasikan pembiayaan untuk tenaga pendamping satu orang di setiap desa, apakah melalui mekanisme outsourcing atau lainnya karena Pemkab Kutim mulai tahun depan sudah tidak diperkenankan lagi mengangkat tenaga atau pegawai honorer daerah. Itu rencana dan harapan kami,” pungkasnya.(Red-SK/Adv)