SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Dayak Wehea merupakan salah satu sub-suku Dayak dari rumpun Apo Kayan. Salah satu komunitas Dayak Wehea yang cukup terkenal kini berada di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Terdapat enam desa yang didominasi oleh komunitas Dayak Wehea di Muara Wahau, yaitu Desa Nehas Liah Bing, Desa Long Wehea, Desa Liaq Leway, Desa Dea Beq, Desa Diaq Lay, dan Desa Bea Nehas.
Membahas Dayak Wehea, berjuta keindahan akan kearifan lokalnya tentu menjadi daya tarik tersendiri, salah satunya musik tradisional Dayak Wehea. Musik tradisional Dayak Wahea, yang sarat dengan nilai budaya dan keindahan alam, mendapat perhatian serius dari pelaku seni dan budaya, serta Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim).
Moge, salah satu seniman Dayak Wahea, mengungkapkan harapannya agar musik tradisional ini terus dikembangkan dan dipromosikan oleh Pemkab Kutim. Menurut Moge, musik tradisional ini memiliki potensi besar tidak hanya dalam pelestarian budaya, tetapi juga dalam menarik perhatian wisatawan.
Salah satu lagu tradisional Dayak Wahea yang mendapat sorotan adalah “Sie Maq Dem,” yang menceritakan kehidupan seseorang serta keindahan bulan. Lagu ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam, mengajarkan tentang keindahan alam dan harmoni dengan alam sekitar.
Lirik dari lagu “Sie Maq Dem” yang berbunyi:
“Sie maq dem melang deleng,
Liah kiq wei wensung sebeang,
Sun bung min embeh tenjung,
Tenjung min diak song meleang,
Liat kiq bea sun sebeang.”
Lagu ini menggambarkan kehidupan seseorang yang bersyukur dan merenungkan keindahan bulan yang mengambang di malam hari. “Sie Maq Dem” bukan hanya sekedar lagu, tetapi juga merupakan sebuah cerita tentang bagaimana alam dan kehidupan manusia berinteraksi. Bagi masyarakat Dayak Wahea, lagu ini adalah ungkapan syukur dan kecintaan terhadap alam serta keindahan yang ada di sekitar mereka.
Moge berharap agar lagu tradisional ini bisa lebih dikenal dan terus dilestarikan. “Musik tradisional seperti ‘Sie Maq Dem’ memiliki nilai budaya yang tinggi, dan saya berharap Pemkab Kutim dapat memfasilitasi agar musik tradisional seperti ini bisa dipromosikan lebih luas,” ujar Moge.
Moge juga menekankan pentingnya pelibatan generasi muda dalam melestarikan musik tradisional. Saat ini, banyak generasi muda yang lebih tertarik dengan musik modern, sehingga musik tradisional sering kali terlupakan. Namun, dengan adanya dukungan dari Pemkab Kutim dan pelatihan yang diberikan, Moge optimis bahwa musik tradisional akan terus berkembang dan menjadi kebanggaan masyarakat Kutim.
“Generasi muda harus diberikan pemahaman tentang pentingnya melestarikan musik tradisional kita. Musik ini adalah bagian dari identitas kita. Tanpa adanya apresiasi dan pelatihan, musik tradisional akan hilang tergerus zaman. Saya harap Pemkab Kutim dapat terus mendukung kami dalam menjaga eksistensi musik tradisional ini,” harap Moge.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kutim, Nurullah menyambut baik harapan Moge tersebut. Ia menegaskan bahwa Pemkab Kutim sudah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan musik tradisional, salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada para pelaku ekonomi kreatif, khususnya dalam bidang musik tradisional.
“Kami sudah memberikan pelatihan kepada pelaku musik tradisional agar mereka dapat terus mengembangkan bakatnya. Kami ingin memberikan ruang dan kesempatan bagi mereka untuk berkarya, dan yang terpenting adalah mereka bisa mengapresiasi musik tradisional sebagai bagian dari budaya kita yang harus dilestarikan,” ujar Nurullah dalam sebuah kesempatan.
Menurutnya, musik tradisional bukan hanya penting untuk dijaga sebagai warisan budaya, tetapi juga memiliki potensi untuk menarik wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh budaya dan tradisi yang ada di Kutim. “Musik tradisional bisa menjadi daya tarik wisata yang besar. Ini juga merupakan bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kutim,” tambahnya.
Nurullah menyebutkan bahwa Kutai Timur memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Potensi ini harus dimanfaatkan secara maksimal untuk menarik wisatawan, salah satunya melalui seni dan musik tradisional. Dengan musik tradisional yang dilestarikan dan dipromosikan, diharapkan bisa memperkaya pengalaman wisatawan yang berkunjung ke Kutim.
“Di Kutim, kita memiliki berbagai kekayaan alam dan budaya, termasuk musik tradisional yang kaya akan cerita dan filosofi. Kami ingin agar masyarakat mengenal lebih jauh tentang musik tradisional ini, terutama generasi muda. Jangan hanya musik modern yang mereka kenal, tetapi musik tradisional juga penting untuk mereka pelajari,” jelas Nurullah.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Pemkab Kutim untuk terus menggencarkan promosi terhadap musik tradisional. Salah satunya adalah dengan mengadakan acara atau festival yang menggabungkan seni, budaya, dan musik tradisional. Selain itu, mereka juga berencana untuk memfasilitasi pelatihan serta mengajak para pelaku ekonomi kreatif untuk berpartisipasi dalam acara-acara yang akan mendukung pengembangan musik tradisional di Kutim.
Nurullah menambahkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif di bidang musik tradisional juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Kutim. Dengan adanya promosi musik tradisional yang baik, diharapkan akan ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang berimbas pada meningkatnya pendapatan masyarakat, khususnya yang terlibat dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Kami akan terus menggiring para pelaku ekonomi kreatif dalam bidang musik untuk terus berkreasi, meningkatkan kualitas seni dan budaya yang ada. Dengan demikian, bukan hanya budaya yang terlestarikan, tetapi juga perekonomian masyarakat yang akan lebih berkembang,” pungkas Nurullah.(Red-SK/Adv)