SUARAKUTIM.COM, BENGALON – Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon menjadi sasaran kunjungan kerja lapangan atau Cap Jempol Stop Stunting oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim), Senin (17/2/2025) pagi. Kunjungan kerja di Desa tersebut untuk menekankan pentingnya pemutakhiran data By Name By Address (BNBA) serta kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi risiko stunting.
Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi B mengatakan di lokasi fokus (lokus) pertama berdasarkan data BNBA telah memadai untuk menentukan program yang sesuai bagi keluarga berisiko stunting.
“Keluarga di sini sudah mengikuti program KB, tetapi masih membutuhkan jamban layak. Ini harus ditindaklanjuti Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) agar indikator sanitasi terpenuhi,” ujar Junaidi yang juga menjabat Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) (Kutim).
Sementara di lokus kedua, data BNBA belum terupdate. Junaidi menekankan pentingnya validasi ulang untuk memastikan intervensi tepat sasaran, terutama bagi ibu menyusui dan bayi.
“Di lokus kedua terkait kesehatan ibu dan anak. Ini sejalan dengan program Bupati untuk menekan angka stunting,” tegasnya.
Untuk itu, ia memerintahkan Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) segera memutakhirkan data agar terbaca di sistem aplikasi. Junaidi mengapresiasi komitmen kader, Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan perangkat desa yang tetap bersemangat meski kegiatan berlangsung dalam dua sesi.
“Semangat ini harus ditularkan ke tingkat bawah melalui pendekatan jemput bola secara berjenjang,” pesannya.
Ia meminta Plt Camat Bengalon memimpin verifikasi data BNBA langsung ke desa dengan melibatkan RT, Tim Pendamping Keluarga (TPK), PLKB, dan kepala desa.
“Duduk bersama 1-2 jam, verifikasi data per keluarga. Jika meragukan, kunjungi langsung lokasi. Pastikan hanya keluarga berisiko yang masuk data, dan tentukan program sesuai kebutuhan,” tegas mantan Kabid PAUD dan PNF Disdik Kutim.
Junaidi menegaskan penanganan stunting memerlukan kerja nyata. “Kalau data tidak valid, segera cancel dari sistem. Ini bukan sekadar administratif, tapi menyangkut nyawa generasi penerus,” tandasnya.
Terakhir ia berharap, Plt Camat Bengalon dapat mengkoordinasi verifikasi data secara masif, memastikan tidak ada keluarga berisiko stunting yang terlewat atau salah sasaran.
“Target kita jelas, ibu dan anak sehat, sanitasi layak dan data akurat sebagai dasar kebijakan,” pungkasnya dihadapan Plt Camat Bengalon Permana Lestari, Perwakilan Puslatbang KDOD LAN WI Ahli Madya Dr. Rahmat Suparman. Unsur muspika, para kades, tokoh masyarakat, tokoh agama dan undangan lainnya.
Sementara, Plt Camat Bengalon, Permana Lestari, mengungkap temuan saat kunjungan lapangan keluarga berisiko stunting. Ternyata beberapa keluarga belum memiliki jamban layak, meski telah berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB).
“Anak-anak mereka masih kecil, empat orang, dengan ibu yang menikah di usia 13 tahun. Ini butuh edukasi pencegahan pernikahan dini,” tegasnya.
Disisi lain, ia mengapresiasi cap jempol stop stunting yang sukses sudah turun hingga ke 14 kecamatan. Maka dari itu Ia berharap kolaborasi dengan desa diperkuat untuk intervensi tepat sasaran.
“Saya pastikan dukungan penuh agar program ini berjalan optimal, termasuk mengubah penghargaan yang diterima jadi lebih baik,” tambahnya.
Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya sistematis Pemkab dalam percepatan penurunan stunting. Menggabungkan kekuatan data, kolaborasi antar sektor, dan keterlibatan aktif masyarakat. Dengan langkah ini, diharapkan Desa Sepaso Timur dapat menjadi contoh lokus penanganan stunting berbasis data yang transparan dan terukur.(*)